
Seperti layaknya bangunan zaman Belanda, Benteng Hock yang terletak di Jalan Diponegoro Kota Salatiga, terkesan angkuh. Bangunan yang bagian bawahnya berupa bebatuan, memiliki pintu dan jendela yang lebar. Ketinggian pintunya berkisar 6 meter, sedangkan jendelanya 3 meter. Ada nuansa keangkeran bila berkunjung ke sini di malam hari, pasalnya di bagian belakang terdapat bunker yang dulunya dijadikan tempat tinggal personil Polres Salatiga. Benteng Hock sekarang ini dikelola Polres Salatiga dan dijadikan kantor Satlantas di mana di bagian belakang yang halamannya sangat luas menjadi tempat penyimpanan barang bukti kecelakaan. Sedang di halaman depan, yang berupa lapangan dimanfaatkan untuk lahan ujian SM serta berfungsi untuk olahraga, baik voly maupun sepak bola. Biasanya, di sore hari banyak mahasiswa yang olah tubuh di sini. Beberapa anggota polisi sempat menyapa sekadar basa-basi, selebihnya cuek bebek. Memasuki bagian dalam, terlihat lantai mirip marmer berukuran besar. Kalau tidak salah, ukurannya mencapai 1 X 1 meteran berwarna putih kecokelatan. Semua pintu maupun jendela yang ada masih tetap utuh. Dari arah pintu depan langsung menembus halaman belakang, yang di pagarnya tertulis “Dilarang Masuk Selain Petugas/Peserta SIM”. Entah apa maksudnya dipasang peringatan yang mampu membuat keder orang awam itu. Kesan keangkuhan Benteng Hock semakin terasa karena suasananya sangat sunyi, nyaris tak terdengar perbincangan di antara petugas. Satu-satunya yang terus bersuara adalah radio komunikasi yang berada di ruang piket. Di gedung yang termasuk cagar budaya ini, tidak ditemui literatur yang mampu menjelaskan sejarah panjangnya. Artinya, bila ingin mengetahui detail keberadaannya ya harus menyigi tempat lain.
Beruntung, di buku Inventarisasi Benda Purbakala dan Bangunan Bersejarah Kota Salatiga sejarah benteng Hock bisa dirunut. Di mana, di tahun 1700-an, Salatiga dianggap sangat strategis bagi Vereenigde Oostindische Cimpagnie (VOC) yang merupakan perusahaan dagang penjajah. Terkait hal tersebut, di tahun 1746 dibangunlah Benteng Fort De Hersteller. Konon, nama De Hersteller merupakan nama kapal yang dipergunakan Gustaaf Willem Barin van Imhoff untuk berlayar dari Belanda menuju Batavia tahun 1742.
Benteng Fort De Hersteller difungsikan oleh VOC untuk memeram pasukan militer yang setiap saat siap digerakkan untuk memukul mundur segala bentuk gangguan. Salatiga yang terletak di tengah antara Semarang-Surakarta (Solo), sangat menguntungkan militer dalam bergerak. Lokasi benteng ini hingga sekarang masih simpang siur, namun, bila melihat bekasnya, diduga berada di markas Yonif 411/Kostrad.
Entah dengan pertimbangan apa, belakangan keberadaan Benteng Fort De Hersteller diabaikan pihak Belanda. Memasuki tahun 1825, terjadi perang melawan Pangeran Diponegoro yang menguras dana dan mengakibatkan ribuan tentara Belanda tewas. Pasca tertangkapnya Pangeran Diponegoro yang lagendaris tersebut, rupanya bule-bule tersebut mulai berpikir pentingnya sebuah benteng baru.
Salatiga yang tetap dipertahankan menjadi kota militer, bagaimanapun memerlukan benteng untuk markas serdadunya. Pasalnya, ancaman pemberontakan setiap saat bisa meletus kembali. Setelah melalui berbagai pertimbangan, akhirnya lokasi Jalan Diponegoro dipilih. Alasannya, jalan ini dulunya bernama Jalan Toentang yang merupakan kawasan hunian bangsa Eropa. Pada zaman itu, orang pribumi diharamkan memiliki rumah di Jalan Toentang.
Menempati lahan yang luas, berada di kawasan elite, dibangunlah markas tentara dengan desain terdiri atas bangunan induk, kanan-kirinya berupa bangunan mirip sayap berjendela besar-besar. Karena arsiteknya adalah orang Belanda bernama Hock, akhirnya bangunan tersebut diberi nama Benteng Hock (Fort Hock). Pasca kemerdekaan Republik Indonesia, tepatnya di tahun 1947, setelah Belanda ngacir ke negerinya, benteng ini dijadikan kantor polisi dan sekarang menjadi kantor Satlantas Polres Salatiga.
Kendati di tangan polisi Benteng Hock lumayan terawat, bagian sayapnya yang berupa jendela-jendela besar telah raibnya kusen- kusennya. Sementara untuk gedung utama, relatif utuh. Tambahan bangunan yang ada sama sekali tak mengusik bangunan utamanya, sehingga kesan garangnya masih terlihat. Itulah penelusuran tentang Benteng Hock yang pernah berjaya di masa lalu. Bila ingin melongoknya, silakan bertandang kapan pun. Jangan khawatir dengan adanya peringatan tertulis dilarang masuk, abaikan saja. Toh gedung kuno tersebut layak dinikmati siapa pun.
Sumber : https://situsbudaya.id/benteng-hock-salatiga/
Temukan Lokasi Wisata Lainnya Yang Ada Di Kota Salatiga.